Tidak Berjuang Sendiri
Memasuki kehidupan yang baru, berada dilingkungan yang baru dan dengan orang yang baru... jujur, rasanya berat.
Rasanya mau mulai darimana, melakukan apa, berat sekali. Apalagi beberapa waktu yang lalu dapet message dari adik dilembaga dakwah: "Jangan tinggalin dunia dakwah ya, Mbak" katanya.
Mata berkaca-kaca dan terasa panas, hati tergerus, sedih bener. Karna bener-bener masih terekam dalam ingatan, bahwa diri inilah yang sering mengatakan hal tersebut dengan menggebu-gebu, bahkan biasanya ditambah dengan kalimat "kita yang butuh dakwah, bukan dakwah yang butuh kita". Hallooo Vita? Are you serious?
Bergulat tiap hari dengan hal-hal yang sama, melakukan pekerjaan domestik yang berulang, kejenuhan jelas ada. Padahal aku faham betul konsekuensi ini setelah aku mengiyakan permintaan Mas dalam proses ta'aruf lalu. Tapi tapi tapi rasanya.. tetep berat, rasanya ada bosennya, jenuuuuuhhh, apalagi sebelum ini aku termasuk orang yang mobile. Kesana, kemari, sibuk ngurus ini itu, dan jeglek! Sekarang berdiam diri dirumah gitu aja.
Aku pandangi wajah suami yang lagi tidur setelah pulang shift malem sambil mengusap rambutnya yang sedikit basah. Mas keliatan cape tapi tadi begitu pulang dia langsung sigap bantu aku pencet2 mesin cuci dan setelah kering kita jemurin berdua, begitu pulang dia langsung sigap mengeluarkan kerecehan-kerecehan dia yang bikin istrinya ketawa, bahkan ndak jarang langsung nawarin "jalan-jalan yuk sayang?" Karna tau istrinya bosen dirumah padahal dia blm istirahat.
Ku pandangi dengan seksama, mulai dari hidung mancungnya yang berdiri tegap diantara kedua alis tebelnya yang lebih pantas dibilang ulet bulu, lalu dahinya yang kadang berkerut sewaktu tidur, dan aku mulai memahami bahwa tidak hanya aku yang sedang berjuang disini. Suamiku juga berjuang.
Dia juga berjuang dengan posisi barunya sebagai imam, menerima amanah baru dan tanggungjawab baru atas apa-apa yang aku lakukan. Mungkin dia juga sama bosannya denganku yang setiap hari berhadapan dengan hal yang sama, hanya bedanya dia berada diluar rumah dan aku didalam rumah. Tekanan pekerjaan yang banyak dan jam kerja yang sekarang bertambah 4 jam perharinya, pasti juga membuatnya lelah. Dia juga berjuang sepertiku, bahkan mungkin lebih. Hanya bedanya, suamiku tidak mengeluh dan tidak melisankannya.
Terima kasih sayang, untuk setiap peluhmu dan lelahmu memperjuangkan agar kebutuhan tetap tercukupi.
Terima kasih sayang, untuk setiap senyum yang selalu kau tunjukkan padaku hingga membuatku merasa begitu berarti.
Terima kasih sayang, kini aku memahami bahwa saat ini adalah saatnya kita sama sama berjuang dengan peranan masing-masing.
Berjuang bareng yaa Sayangku, genggam terus tanganku hingga kita berkumpul di surga nanti🤗
Note: postingan galau awal nikah karna kaget dgn hal baru wkwkwk
Sekarang sudah membaik Alhamdulillaah. Sudah menikmati dan merasa bersyukur sekaliiiiiii. Alhamdulillaah tsuma alhamdulillaah.
Alhamdulillaah dimampukan melewati fase ini karna Allah & jg dukungan suami yg begitu besar. Thankyou sayaang
Comments
Post a Comment