Rindu

"Ayo, Pung, kamu imamnya"
"Mbak Evita aja"
"Ayolah kamu aja, kan Mbak udah kemarin"
"Mbak aja, sini, Mbak di sebelah kiri"

Percakapan aneh itu seringkali berlangsung beberapa menit sebelum shalat jamaah di kontrakan, dan kali ini sepertinya cukup menyita perhatian Gurunda yang sedang duduk tidak jauh dari kami, ya... kebetulan beliau sedang tidak shalat.

"Ayo gantian, Pung" ucapku masih merayunya agar mau menjadi imam shalat maghrib kami.
Bahkan kali ini kegiatan rayu merayu kami makin anarkis karna disertai (sedikit) dorong mendorong satu sama lain agar berada diposisi sebelah kiri (menjadi imam shalat).

"Memang ya.. kita sudah tidak berada di zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam, dimana beliau -shallallahu'alaihi wasallam- selalu siap menjadi imam dan melayani ummatnya"
Terdengar suara Gurunda yang berhasil membuat kakiku bergetar dan menerbitkan rasa rindu yang amat sangat.

Aku menatap gurunda sejenak dengan pandangan mata yang berkaca-kaca, lalu aku berpindah posisi ke sebelah kiri dan terdengarlah suara iqamah yang sampai pada kalimat,
"Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah"

Kerinduan itu makin memuncak dan menjadi jadi,
Ya... Rasulullah... aku rindu... aku rindu...

Comments

Popular Posts