Biar Ngga Perlu Pakai Lampu
Aku menatap qur'anku dengan mata yang menyipit. Mencoba membaca, tepatnya memaksa membaca huruf huruf itu di suasana gelap akibat pencahayaan didalam bus yang kurang.
"Ya ampun, Vit. Pakailah lampu itu"
"Ngga bisa nyala"
"Pakai handphone"
"Handphoneku mati"
"Ini pakai handphoneku"
Aku menyaut handphone temanku dan mulai membaca ayat ayat kitab suciku. Semakin lama, gerakan mataku semakin tak menyatu dengan goyangan dalam bus dan juga sorotan flash handphone pinjaman itu. Bahkan, kepalaku mulai pusing dan mataku mulai tidak fokus untuk membaca.
"Ini ah, nggak jadi. Aku malah pusing. Makasih ya" ucapku seraya mengembalikan handphone temanku dengan kondisi flash masih menyala.
Aku menoleh pada Quranku sesaat, lalu menutupnya, dan pada saat itu pula terdengar suara sayup dari bangku belakang "Qur'annya ditaruh dikepala, Ev. Biar ngga perlu pakai lampu"
Sedetik setelah kalimat itu tercerna, mataku mulai terasa panas, ada bulir bulir yang mengaburkan pandanganku dan aku tak mampu menahannya untuk tidak menetes.
Ah, Allah... Lagi-lagi, teguran-Mu begitu halus.
Comments
Post a Comment